Saya memang kesuh, tetapi saya tidak bisa misuh-misuh ke beliau. Tidak bisa nyupatani, nyumpahi, berkata kasar, dan berpendapat buruk kepada Bapak Menteri. Karena saya merasa bahwa variabel hidup terlalu banyak untuk menilai baik buruknya satu orang. Apalagi orang yang sama sekali tidak saya kenal. Dan dari satu peristiwa.
Saya beranggapan bahwa perkataan beliau itu keliru dan berdosa. Maka saya anggap beliau dapat 1 dosa. Mungkin itu adalah 1 dari 1000 dosa yang pernah beliau lakukan. Atas dasar itu kemudian saya menganggap bahwa beliau adalah orang yang buruk. Patut dibenci dan dihina. Padahal bisa jadi ternyata beliau punya 100.000 kebaikan yang juga pernah dilakukan yang ketika ditimbang bobotnya melebihi dosa-dosa yang pernah beliau perbuat.
Jangan-jangan nanti di akherat beliau melambai-lambaikan tangan dari surga, ngawe-awe ke arahku yang masih di neraka.
Tapi bukan berarti saya tidak kesuh lho pak. Saya tetep kesuh cuman tidak bisa menganggap buruk njenengan. Saya juga tidak nuduh anda salah karena panjenengan kan orang berpendidikan. Orang se Indonesia menyalahkan anda pun tetap anda punya segudang argumen untuk memberikan klarifikasi.
Tapi apakah tidak lebih baik kita tidak usah omong benar salah nih pak. Kita omong pantas tidak pantas saja deh. Menurut panjenengan apakah pantas suara adzan disejajarkan dengan gonggongan anjing? Okelah misal panjenengan merasa pantas tapi kan pernyataan itu menyakiti banyak orang? Gimana dong pak? Apakah tidak lebih baik minta maaf nih?
Kata Cak Nun, "diatas benar dan salah (fiqh) ada akhlak". Panjenengan kan orang yang ber akhlak baik.
0 Komentar