Mari kita belajar Akuntansi dengan gembira. Kenapa harus gembira? Karena saya tidak menyukai Akuntansi. Pertama kali belajar akuntansi saat kelas IX SMA. Pada waktu itu sepertinya saya tidak bodoh-bodoh amat di pelajaran itu. Tetapi tidak termasuk yang pandai juga. Pelajaran itu sudah tidak saya sentuh sama sekali setelah naik kelas X karena saya mengambil jurusan IPA. 

Kenapa sekarang saya menjadi Akuntan? Ada kecelakaan sejarah kala itu. Karena orang tua saya sudah tidak mampu membiayai kuliah, maka saya bertekad untuk menjadi sarjana dengan biaya sendiri apapun jurusannya. Dan kebetulan hanya ada 3 kampus disekitar tempat kerja yang memungkinkan saya untuk melanjutkan sekolah sinambi kerja. Ekonomi, komputer, dan kesehatan. Sebenarnya saya lebih memilih komputer daripada ekonomi, tetapi karena biayanya lebih mahal dan grade akreditasinya dibawah ekonomi maka saya memutuskan melanjutkan di STIE. Jurusan yang saya ambil pada saat mendaftar adalah Manajemen, bukan Akuntansi. Hingga pada suatu saat sebelum perkuliahan dimulai, salah satu guru saya "memaksa" untuk pindah ke jurusan akuntansi. Akhirnya saya resmi menjadi Mahasiswa jurusan akuntansi. 

Karena akuntansi bukanlah bidang yang saya sukai, 8 semester saya lalui dengan biasa-biasa saja. Tidak banyak ilmu yang diserap. Dan lulus hanya mendapat gelar sarjana. Cuma sedikit ilmu yang didapat. 

Itu kecelakaan pertama. Kecelakaan kedua membuat saya suka dengan akuntansi. Saya bekerja di kantor swasta. Kala itu ada hal yang mengharuskan kantor tersebut memiliki laporan keuangan yang ter-audit oleh Kantoe Akuntan Publik. Padahal, pencatatan keuangan di kantor bukanlah pencatatan berdasarkan standar akuntansi. Tidak ada laporan keuangan. Hanya ada pencatatan keluar masuk uang saja. Karena di tempat itu hanya saya yang mempunyai background akuntansi, maka dimintalah saya menyusun laporan keuangan untuk bahan audit. Ketika laporan selesai, saya juga yang diminta untuk mendampingi auditor. 

Pada proses yang sangat singkat itulah justru titik awal saya memahami akuntansi. Pertemuan dengan auditor yang hanya hitungan hari menjadi sumber ilmu yang sangat banyak. Masa kuliah 8 semester yang tidak menghasilkan banyak pemahaman tentang akuntansi dihapus dengan satu pekan pertemuan yang membuat saya paham dengan ilmu itu. Dan dengan paham, saya mulai menyukainya. 

Saya merasa ada pelajaran yang sangat berharga dari semua tragedi-tragedi tersebut. Bahwa belajar dengan gembira bisa membuahkan hasil yang lebih mantap dibanding dengan belajar dengan serius tetapi tidak mengerti kemana semua akan bermuara. 

Maka saya hanya ingin berbagi kepada semua pembaca, mari belajar akuntansi dengan gembira. Bukan untuk sebuah profesi, bukan juga untuk mata pencaharian. Tetapi untuk merapikan pencatatan keuangan kita. Pencatatan keuangan yang baik dibutuhkan oleh semua orang. Tidak hanya untuk usaha, tetapi juga untuk kehidupan pribadi. Karena akuntansi bukanlah mencatat nilai uang, tetapi mencatat semua kekayaan. Seberapa tingkatan kekayaanmu? Lihatlah di catatanmu. Tidak ada catatan? Mari belajar bersama.