Ini bukan materi kajian, bukan ceramah, bukan uraian ayat suci, bukan juga khazanah ilmu pengetahuan. Ini cuma cerita kosong belaka. 

Mas, mba. Kapan anda sadar bahwa hidup itu adalah kumpulan-kumpulan keresahan? Bukan berarti hidup itu tidak bahagia lho ya, kebahagiaan atau kesenangan itu layaknya buah yang kita panen dari usaha payah merawat tanaman. Selesai panen kita kembali harus merawat, menyiram, memberi pupuk dan menjaga tanaman itu sampai kelak kita panen lagi. Bisa panen bagus, bisa panen buruk. Jika buruk bertambahlah resah-resah lainnya, kemudian upaya lagi dan panen lagi begitu seterusnya. 

Resah juga macam-macam tingkatnya. Mulai dari remeh temeh sampai yang super berat. Malam-malam hujan lebat rokok habis. Uh resah. Lagi momong anak sendirian tiba-tiba kebelet berak, baru tongkrong diatas kloset tiba-tiba si bayi nangis keras-keras sampai mustahil melanjutkan tongkrongan itu. Malam-malam sudah ambil posisi uenak untuk tidur, cuci kaki, berdoa, berselimut, eh tiba-tiba kebelet pipis. Resah bukan main wong sudah males beranjak tapi kalau tidak beranjak mana nikmat tidur dengan nahan kebelet pipis. Itu resah-resah remeh temeh. 

Tanggal menua gajian tak kunjung tiba sebab ditunda itu juga resah. Kaleng beras sudah bisa dihitung jumlah berasnya. Meteran listrik menyala-nyala merah sambil berbunyi tit tit tit. Diuber-uber pekerjaan saat malas-malasnya. Setiap lima menit selalu terdengar suara "wis rampung tran?" Allah ya robb, 

Masih menjomblo saat kebelet-kebeletnya menikah. Apalagi teman-teman seangkatan satu persatu ngasih undangan. Kurang puas adek-adek angkatan menambah beban dengan tiru-tiru memberi undangan. "mohon doa restu ya mas? semoga segera menyusul". Nylekit. Iya sih dia pasti niat mendoakan. Tapi yaa,,, ah sudahlah. Masa itu buatku sudah terlewat mblo. Itu derita kalian sekarang.

Sampai dengan keresahan yang berat-berat. Bekerja dimana? sudah bekerja tapi penghasilan kurang harus bagaimana? Anak sudah besar waktunya sekolah gimana? Rumah masih ngontrak. Bla, bla, bla,,

Ya begitu itulah hidup. Barangkali kalian berbeda berarti tidak sama. Tapi nek nggak begitu ya seperti tidak hidup. Atau seperti bayangan kita berada di surga. Mau apapun sudah ada. Coba hidupmu begitu sekarang? "ah aku lapar, nasi goreng pedes enak nih". Tiba-tiba mak gludak tersaji nasi goreng di depanmu. "rumah kok reyot ya?  pengen deh rumah gedhong" tiba-tiba rumahmu berubah bagus. Kok nggak kaya kehidupan di dunia.

Maka hidup ini memang harus resah dan mikir. Akibat mikir kita jadi tahu harus berbuat apa, kemudian akibat berbuat kita mendapatkan hasilnya. Tapi masalahnya hasil tidak selalu sesuai yang diinginkan. Saya resah tentang harta kemudian bekerja tetapi hasilnya belum tentu sesuai dengan yang dikehendaki. Saya ingin sholeh kemudian berusaha, tetapi hasilnya kok ya tetep nggak bisa-bisa jadi orang sholeh. 

Duuh gusti Saya mung kepengen menjadi orang hebat, sukses, shaleh harus memulai darimana kok ya gini-gini amat? Teringat bahwa teman saya pernah memberi nasehat "perbaikilah sholatmu. Maka Allah memperbaiki hidupmu." Nah, ini jawaban.

Ini hari Jumat. Khutbah di masjid itu pak mantri Ruslan. Walaupun kebetulan tapi ini mungkin sudah disiapkan gusti Allah. Temanya adalah memperbaiki sholat. Ambil hape lah saya kemudian saya catat benar-benar isi khutbah itu. Sampai sekarang masih ingat kesimpulan isinya. Kalau mau memperbaiki sholat, perbaikilah 3 hal. Yang pertama adalah "tepat waktunya" yang kedua adalah "khusyuknya" yang ketiga adalah "jamaahnya". "Oke pak, bismillah. Ayo kita praktekkan! Bertekad.

Adzan maghrib pun berkumandang sore harinya, terasa kecut lidah ini. Dan saya nyalakan sebatang rokok.