Langitnya mendung sedikit tetapi sinar matahari masih mampu menerobos awan-awan itu sehingga sore terlihat beda. Terang, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang rutin diguyur hujan.
Saya teguh berjalan kaki saat seorang pria bermotor matic merah itu menawari tumpangan. Walau tidak sampai rumah sebenarnya lumayan, setengah jalan. Tetapi jalan kaki masih lebih menarik agar perut ini tidak semakin buncit.
"Nda mas, olahraga lah" jawab saya kepada tawaran Mas O'i.
"Oke tran"
"Gusti Allah itu menyayangiku melalui istri dan anak-ku. Ketika Dia menghadirkan seorang istri kemudian dia sayang padaku berarti itulah cara Allah memberikan kasih sayangNya kepadaku melalui makhlukNya. Ketika Allah menghadirkan seorang anak kemudian anak itu menyayangiku maka itulah cara Dia memberikan kasih sayangNya melalui makhluk. Gusti Allah dekat banget"
Tiba-tiba saya mbatin begitu disela jalan sore. Tentrem, adem, ayem serasa sampai rumah. Pulang lihat anak seperti melihat gusti Allah, seperti ketemu Gusti Allah. Dalam tanda kutip tentunya. Karena mana mungkin orang seperti saya ini mampu untuk melihat Allah betulan. Lha wong Nabi Musa saja yang Nabi saja pingsan ketika minta ijin kepengen ketemu Allah, padahal belum ditunjukkan wujudNya, baru berupa gunung yang hancur.
Melihat dan bertemu disini maksudnya adalah tidak ada yang tidak Allah di hidup ini. Melihat air bersih mancur di kran saat mandi itu bukti sayangnya Dia kepada kita. Mas, mba, banyak lho orang yang karena air tidak bahagia. Bisa jadi punya air tetapi kualitasnya buruk sehingga tidak mungkin digunakan. Bisa jadi karena kelebihan air jadi tenggelam rumah sekampung. Bisa jadi tinggal di daerah kering yang sangat sulit akses air bersih. Kamu bisa menikmati air bersih? Gusti Allah sayang.
Sayang Dia tidak sebatas yang nikmat-nikmat saja. Susah juga bentuk sayang. Kata Cak Nun, setiap apa yang terjadi tanyakan pada dirimu apakah itu peringatan? Hukuman? Atau ujian?
Jika peringatan maka kamu harus memperbaiki diri. Jika hukuman maka dosamu dibersihkan. Jika ujian maka akan naik derajatmu setelah lulus.
Ra ndue duit misal. Bagi kita masalah. Tetapi kalau mampu dijawab dengan pertanyaan tadi barangkali berubah pandangan kita. Jika kita anggap kekurangan harta itu peringatan, maka kita belajar, bagaimana mencarinya dan untuk apa digunakan setelah dapat. Dapet ilmu lah kita. Ketika kurang harta itu kita yakini sebagai hukuman, maka berbahagialah karena dosamu dihapuskan. Jika kurang harta itu kita anggap ujian maka bersabar akan meningkatkan derajat kita.
Tidak ada keburukan yang Allah kehendaki.
2 Komentar
beginilah akhlak teman saya. selalu adem dan bijaksana
BalasHapusIya
Hapus