Mush’ab beberapa kali mendapati peristiwa yang mengancam dirinya. Suatu hari ketika ia sedang memberikan petuah kepada masyarakat, tiba-tiba disergap oleh Usaid bin Al Hudhair, pemimpin kabilah Abdul Asyhal di Madinah. Usaid menodong Mush’ab dengan belati yang terhunus.

Dia sangat murka dan sakit hati menyaksikan Mush’ab datang membawa ajaran agama baru yang memalingkan kepercayaan kaumnya dari tuhan-tuhan mereka. Bercerita tentang Allah yang tidak mereka kenal dan tidak bisa dilihat. Sedangkan tuhan mereka jelas dimana tempatnya.

“Apa maksud kalian datang ke kampung kami? Apakah alian akan membodohi orang-orang yang lemah diantara kami? Tinggalkan segera tempat ini jika kalian tidak ingin mati!” gertak Usaid.

Mush’ab menghadapi gertakan tersebut dengan sikap yang istimewa. Dijawabnya dengan penuh ketenangan semua kata-kata Usaid
“mengapa anda tidak duduk mendengarkan dulu? Seandainya Anda menyukai, Anda dapat menerimanya. Sebaliknya, jika tidak, kami akan menghentikan apa yang Anda benci.”

Jawaban itu meluluhkan Usaid. Ia merasa Mush’ab hanya mengajak berdialog. Jika ia tidak menerima maka Mush’ab akan pergi. Tawaran menarik.

“Sekarang aku insaf” jawab Usaid sambil meletakkan belatinya.

Mush’ab membacakan ayat Al-Qur’an dan menguraikan apa yang diajak oleh Muhammad Saw. Alih-alih tidak menerima, justru dada Usaid bergetar, berdetak mengikuti naik turunnya suara serta meresapi keindahannya.

“Alangkah indah dan benarnya ucapan itu. Apakah yang harus dilakukan oleh orang yang hendak masuk agama ini?” tanya Usaid.

“Hendaknya ia menyucikan pakaiannya, serta bersaksi bahwa tiada Illah (yang berhak diibadahi) selain Allah” jawab Mush’ab.

Berita keislaman Usaid dengan cepat menyebar kemudian diikuti oleh Sa’ad bin Ubadah dan Sa’ad bin Mu’adz. Ketiganya adalah pembesar Madinah sehingga ketika ketiga orang tersebut telah memeluk Islam, warga Madinah berbondong-bondong masuk Islam.

Keberhasilan Mush’ab mendakwahkan Islam di Madinah membakar amarah kaum Quraisy. Hingga meletuslah perang Uhud. Rosulullah Saw. menunjuk Mush’ab sebagai pembawa panji perang kaum Muslimin.

Peperangan yang hampir dimenangkan oleh kaum Muslimin berbalik ketika pasungan pemanah melanggar perintah Rosulullah. Mereka meninggalkan posisinya di atas bukit setelah melihat pasukan musuh mundur. Alhasil kaum Muslimin dikagetkan dengan serangan balasan yang menyerang mereka disaat lengah.

Ketika kaum Muslimin porak poranda, musuh mengarahkan serangannya ke arah Rosulullah Saw. Menyadari ancaman bahaya tersebut, Mush’ab melompat mengalihkan perhatian musuh agar tidak menyerang Rosulullah. Seorang diri ia bertarung . sebelah tangannya memegang bendera dan sebelah lagi menebaskan pedang. Ibnu Qami’ah datang berkuda lalu menebas tangan kanannya hingga putus. Mush’ab mweintihkan sebuah kalimat "Muhammad itu tiada lain hanyalah utusan, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa utusan”. Hingga tangan kirinya kemudian kembali ditebas, ia mengucapkan kalimat yang sama. Mush’ab akhirnya gugur, dan bendera perang pun jatuh.

Ketika sampai di tempat terbaringnya jenazah Mush’ab, air mata Rosulullah mengucur deras. Khabbab bin Al-Arat menuturkan “Kami Hijrah bersama Rosulullah dengan mengharap ridho Allah, maka Allah memberi balasan kepada kami. Di antara kami ada yang meninggal dan belum mendapat balasan (dunia) sedikitpun; di antaranya adalah Mush’ab bin Umair yang gugur pada perang Uhud."

Kami tidak mendapatkan sesuatu untuk mengkafaninya kecuali sepotong kain. Jika kami menutup kepalanya, kakinya tersingkap. Dan jika kami menutup kakinya, kepalanya tersingkap. Nabi bersabda “tutuplah kepalanya dengan kain dan tutuplah kakinya dengan idzkir (rumput berbau harum yang biasa dgunakan dalam penguburan”

Rosulullah bersabda;  “Ketika di Mekkah dulu, tidak ada seorangpun yang aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripada dirimu. Namun, sekarang, engkau (gugur) dengan rambutmu yang kusut dan hanya dibalut kain.”

“Sungguh, Rosulullah akan menjadi saksi pada hari kiamat nanti bahwa kalian semua adalah syuhada di sisi Allah” sabdanya sambil memandangi medan pertempuran dengan jasad-jasad syuhada yang tergeletak. (selesai)

*tulisan ini adalah rangkuman dari buku berjudul Biografi 60 Sahabat Nabi karya Khalid Muhammad Khalid