“Bagi entitas,
indikator sukses atau tidaknya akreditasi adalah lulus atau tidak. Tapi bagi
para pekerja, indikator kesuksesannya adalah apakah dalam proses pengerjaannya
melaksanakan nilai-nilai yang ditentukan olehNya atau tidak. Apakah sepanjang
proses pengerjaan yang luar biasa sibuknya kita menjadi semakin dekat
dengan-Nya atau justru menjadi semakin jauh? Apakah kita menggantungkan segala
hal yang kita lakukan kepadaNya ataukah ada rasa jumawa dalam diri bahwa kerja
keras kita adalah faktor penentu segala keberhasilan?”
Beberapa hari yang
lalu saya menuliskan itu pada sebuah posting blog yang berjudul Refleksi
Akreditasi. Tulisan itu dibuat sebagai sarana evaluasi diri, bukan untuk
menggurui. Ditandai dengan label #ngmtknawkdwk. Arti dari label tersebut adalah
mengingatkan diri sendiri.
Hari ini semua orang
bergembira. Komisi Akreditasi Rumah Sakit sebagai penyelenggara akreditasi mengeluarkan
pengumuman bahwa Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Banjarnegara Lulus
Akreditasi Tingkat Paripurna. Hasil itu sungguh diluar dugaan sehingga tidak
ada yang tidak terkejut. Siapapun yang melihat pemberitahuan itu harus
mengucek-ucek matanya terlebih dahulu sebelum yakin. Memastikan bahwa ia sedang
tidak bermimpi.
Hasil ini boleh
dikatakan over target. Dari awal prinsipnya hanya “sing penting lulus” tidak
peduli bintang sat, dua, tiga ataupun tujuh sekalipun. Bukan pesimis tetapi
Rumah Sakit ini ibarat manusia “masih mambu kencur”. Ibarat tempe goreng “masih
mendoan”, dan ibarat perumpamaan anak tongkrongan “pipis be durung lenceng”. Usia
baru enam bulan dengan sumber daya yang sangat terbatas. Pengalaman tidak ada. Jangankan
pengalaman mengurus Akreditasi, pengalaman bekerjapun mayoritas tidak punya. Maka
target yang paling realistis adalah “sing penting lulus”. Tapi ternyata Allah
memberikan hasil lain yang membuat terkejut-kejut, Paripurna.
Rumah Sakit sekarang
sudah Paripurna. Lantas apakah saya yang bekerja di dalamnya juga otomatis
menjadi paripurna?
Jawabannya iya, jika
hasil itu juga membuat saya menjadi lebih taat. Karena hasil itu tak lain tak
bukan adalah pemberian Allah atas ikhtiar yang telah dilakukan. Jika saya
adalah orang yang tau terima kasih maka seharusnya saya menjadi lebih taat.
Jawabannya iya jika
saya menjadi lebih sungguh-sungguh dalam bekerja. Lebih disiplin, lebih jujur,
lebih ganteng, bersahaja, rupawan, dan terampil. Lho?
Sori gaes tulisan ini
belum rampung tapi sudah nguantuk gaes..
0 Komentar