“Banyak anak banyak rezeki”. Pepatah tersebut lazim
didendangkan oleh orang-orang tua zaman dahulu. Entah pepatah itu hanya sebuah
mitos belaka atau memang terbukti bahwa semakin banyak anak semakin banyak pula
rezekinya. Namun bagi kita yang beragama Islam seyogyanya bisa meyakini pepatah
tersebut karena Allah sudah menjamin itu semua; “Dan janganlah kamu membunuh
anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan
kepada mereka.” (QS. Al An’am [6]: 151)
Pernah suatu ketika saya mendapatkan cerita dari pak
Bagus, mertua teman SD-ku dulu, kebetulan waktu itu saya belum menikah. Beliau bercerita;
“anak perempuanku baru saja lulus kuliah. Waktu dia
masih kuliah penghasilanku sanggup untuk membiayainya kuliah. Ketika dia lulus
kuliah saya mengira bahwa uangku akan lebih, karena pendapatan yang dulu digunakan
untuk membiayai kuliah sudah tidak digunakan untuk apapun”
“tapi ternyata kok nggak begitu ya? Uang yang saya sekarang
pegang sama saja jumlahnya seperti ketika anak masih kuliah” lanjutnya.
“disitulah saya meyakini bahwa anak membawa rejekinya
sendiri-sendiri. Makane aja wedi mbojo
mas!” sarannya kepadaku.
Pesan pak Bagus saya tancapkan betul di dalam sanubari
karena waktu itu saya adalah bujang berpenghasilan cukup yang jika harus
berfikir menikah harus mapan terlebih dahulu mungkin sampai sekarang belum kelakon, belum terlaksana.
Itulah konsep rezeki yang masing-masing orang berbeda
prinsipnya. Ada yang berpenghasilan sedikit tetapi merasa cukup, ada pula yang
punya rezeki banyak tetapi selalu merasa kekurangan. Orang-orang yang menjadi
koruptor nampaknya bukanlah orang-orang yang tidak punya duit. Honornya lebih
dari cukup untuk hidup, tetapi mereka masih merampok karena tidak punya rasa
syukur. Tamak. Serakah tak pernah kenyang dia punya perut.
Bukan banyak atau sedikit yang menjadikan cukup,
tetapi rasa syukurlah yang membuat manusia merasa cukup. Definisi orang kaya
bukanlah orang yang berpenghasilan banyak, tetapi orang yang pengeluarannya
lebih kecil dibandingkan dengan penghasilan.
Maka bersyukurlah dengan rezeki yang kita dapat "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Surat
Ibrahim : 7)
Selain bersyukur marilah kita buat rezeki kita menjadi
berkah, berkah bagi hidup dan kehidupan. Dengan cara menjemput rezeki itu
dengan cara-cara yang baik. Jika kita bekerja pada sebuah perusahaan tertentu,
maka ikutilah segala peraturan yang berlaku sekalipun tidak ada yang
melihatnya. Jika perusahaan menentukan bahwa kau harus bekerja dari jam 8 pagi
sampai jam 4 sore maka berangkatlah sesuai dengan jadwal itu meskipun jika kau
melanggarnya kau tak dapat sangsi apapun. Jika aturanmu mengatakan bahwa engkau
harus memakai sepatu maka pakailah sekalipun jika kau memakai sandal tak aka
nada punishment bagimu. Semua demi keberkahan rezeki.
Semua itu gampang diucapkan tetapi kadang uangel
dilaksanakan. Semoga penulis segera bertaubat, heheu. #ngmtknawkdwk
2 Komentar
Betul sekali kang, para koruptor bukannya tak ada atau sedikit duitnya tapi tidak bersyukur makanya masih korupsi saja. Kalo sudah ketangkep baru nangis.😁
BalasHapusjustru ketawa2 bang kalo ketangkep, heheu
Hapus