Beberapa bulan yang lalu, sekira bulan Mei, saya melihat iklan sebuah buku di Twitter yang dipromosikan oleh akun @mojokstore. Buku itu berjudul “Buku Catatan untuk Calon Penulis”. (Katanya) ditulis oleh Phutut EA. Sebagai orang yang kepengen sekali bisa nulis, saya langsung tertarik dengan buku itu. Ingin sekali membacanya hingga khatam, lalu mempraktekkan segala ilmu yang ada didalamnya agar kelak saya bisa nulis.

Tak selang lama saya menghubungi kontak yang ada pada promosi tersebut. Saya simpan nomor kontaknya dengan nama Mojokstore, kemudian tanpa berlama-lama saya tulis pesan singkat melalui Whatssapp.

“Mau tanya apa buku catatan untuk calon penulis masih ready?” tanyaku basa-basi. Padahal jelas-jelas buku itu baru saja dipromosikan di Twitter mana mungkin barang itu tiada stok kan.

Tidak perlu menunggu lama ponsel saya berbunyi pertanda pertanyaan itu sudah direspon. Senang hati ini ternyata masih ada orang yang mau membalas pesan setelah kebanyakan orang yang saya hubungi tidak membalas, hanya meninggalkan jejak centang dua warna biru. Bahkan tidak hanya membalas satu kata dua kata, tapi panjang buanget. Padahal setiap orang yang membalas pesanku biasanya hanya sepatah dua patah kata. Dari situ saya yakin admin dari mojokstore adalah laki-laki walaupun dia mengaku namanya Susi. Bisa saja Susilo atau Susianto.

"Halo, terima kasih sudah menghubungi Mojok Store via Susi.
Susi akan segera menjawab chat kamu. Kami fast respons pada hari Senin-Jumat jam 09:00-16:00 ya.

Selain jam tersebut tetap kami balas tapi slow respons.Silakan cek katalog kami di mojokstore.com, kami juga ada di shopee, bukalapak, dan tokopedia.

Kamu juga bisa menghubungi kami di LINE@ @mojokstore Format pemesanan :

Nama Lengkap Penerima; Alamat: No.Hp: Nama Buku/Paket: 

Kami menggunakan jasa pengiriman JNE, J&T, Wahana, Tiki, Pos, dll"


Demikian balasan dari Susi. Entah dengan cara apa dia menulis sepanjang itu dalam waktu kurang dari satu menit. Sudahlah tak perlu dirisaukan. Sebagai orang yang memang niat untuk membeli, saya ikuti saja mengisi apa yang diminta Susi.
                                                                       
Setelah mengisi identitas dengan lengkap tidak kurang satu huruf atau tanda baca apapun, Susi kembali membalas informasi mengenai jasa pengiriman yang disediakan dan dia menanyakan kepadaku mau menggunakan yang mana.

Tapi malang bukan kepalang pesan itu tidak saya balas. Bukan bermaksud untuk mem-php-in kamu Susi, tapi entah atas duduk perkara apa dan bagaimana pada saat itu saya sama sekali lupa untuk membalas pesan itu bahkan lupa kalau saya hendak memesan sebuah buku. Kelupaan itu berlangsung berbulan-bulan lamanya.

Beberapa waktu  yang lalu, ketika sudah mamasuki akhir November saya kembali teringat dan kembali ingin untuk membelinya. Kali ini tidak ingin berbasa-basi lagi dengan Susi. Akhirnya saya memilih untuk membelinya lewat web mojokstore.com. Ternyata stok bukunya masih tersedia. Mungkin buku itu agak kurang laku. Langsung saja saya pesan ditambah dengan Novel Eka Kurniawan yang berjudul Manusia Harimau. Cukup merogoh kocek seratus dua puluh enam ribu rupiah ditambah dengan 46 perak sebagai kode unik katanya, saya sudah bisa memboyong buku tersebut. Agar tidak lupa lagi selesai order langsung saya transfer. Dua hari kemudian buku datang dengan bonus permen lollipop di dalamnya.

Karena sudah tidak sabar lagi melihat keistimewaan isi buku-buku yang saya pesan, masih diiringi dengan harapan bahwa membaca buku tersebut akan mengantarkanku untuk mempunyai skill menulis dengan baik.

Namun setelah dibuka halaman demi halaman, keinginan untuk sambat saya membuncah ke ubun-ubun. Buku itu hanya berisi beberapa kalimat saja pada lembaran-lembaran kertas berwarna kuning yang terselip pada beberapa halaman isi buku. Sisanya yang mungkin sembilan puluh persen isi buku hanyalah kertas kosong biasa.

“ini bukan buku motivasi menulis. Ini juga bukan buku panduan menulis. Ini semacam buku yang akan menemani anda menulis.” 

“jika Anda benar-benar menjadikan buku ini sebagai teman menulis, maka dalam waktu kurang dari satu bulan, Insyaallah akan terasa perkembanganya.”


ini wujud buku yang patut disambati

Juan****kkk..! Hanya menulis pesan yang demikian itu pada beberapa potong pengantar membuat gairah sambatku bener-bener membuncah menembus batas. Harga bukunya enam puluh ribu, sepuluh ribu lebih mahal dari Novel Manusia Harimau yang sudah pasti mas Eka menulisnya dengan susah payah dan memerlukan pemikiran, riset, dan tetek bengek lainnya. Ini lho buku mas Phutut, Cuma kertas kosong tok. Dan itu laku.

Tetapi saya tidak menyesal, pelajarannya sangat berharga. Bahwa menjadi kreatif kadangkala cukup sesepele itu. Dan apa yang dilakukan mas Phutut merupakan hal anti mainstrim yang luar biasa. Gud job.