Sore lusa, sehabis bersantap buka, saya buka-buka Whatsapp. Ngecek barangkali ada pesan ucapan selamat berpuka puasa dari dia. Karena sudah di skrol kebawah sekali sama sekali tak ada ucapan selamat itu, disitulah saya sadar bahwa saya masih jomblo jadi pantas tak ada ucapan satupun.

Beralih ke story, barangkali di story ada yang mengucapkan selamat berbuka. Meski kalau itu di post story berarti yang dituju bukan cuma saya tetapi paling tidak pernah membacanya.

Pada pengembaraan membaca story, saya terhenti pada sebuah postingan kawan. Inisialnya AR. Dia memposting sebuah kartun bergambar seorang emak-emak dan anaknya. Ada teks percakapan disitu. Si anak berkata kepada ibunya “Bu, orang-orang pada bangun sahur sedang kita sampai sekarang belum berbuka.” Di akhir kalimat ditambah emoticon hati yang retak dan emot tangisan. Sepertinya ditujukan sebagai ekspresi kesedihan yang luar biasa. Sang ibu duduk bertekuk lutut memegang bathuknya. Pakaian mereka compang-camping dan badan mereka kurus kering.

Dibawah gambar tersebut dituliskan sebuah pesan.

MOHON.. Tidak usah membagi lewat Sosmed foto2 makanan atau foto2 lagi Berbuka dengan meja yang penuh makanan dan minuman.
INGAT..
DISANA ADA YANG LAGI KENA BENCANA
ADA FAKIR MISKIN YANG LAGI LABAR
ADA PULA KELUARGA2 YANG TIDAK MAMPU..
ROMADHON BULAN PUASA DAN IBADAH BUKAN BULAN
PAMER MAKANAN DAN KEMAMPUAN


Ada beberapa pesan yang ditangkap dari gambar tersebut. Pertama adalah gambar seorang anak beserta ibunya yang digambar dengan postur kurus, baju compang-camping, dan ekspresi wajah yang sedih, serta percakapan anak kepada ibunya memberikan pesan kepada kita bahwa mereka adalah keluarga yang tidak punya dan kesulitan makan. Oke satu informasi telah kita terima. Informasi kedua adalah sebuah pesan yang disuratkan designer kepada pembaca. Sebuah ajakan untuk tidak memamerkan makanan dengan cara menguplad foto-foto berbuka puasa. Karena diluar sana masih banyak orang yang membutuhkan. Pesan bagus bukan? Menggugah simpati.

Tapi menurut saya ada yang lucu, kurang solutif. Disitu digambarkan orang yang kelaparan dan dihubungkan dengan perintah untuk berhenti posting foto.  Apa tujuannya? Oh ya pasti agar orang kelaparan tersebut tidak bisa melihat postingan tersebut. Kita bayangkan bagaimana perasaan mereka jika sedang lapar-laparnya dan bingung tidak punya makanan tiba-tiba melihat foto meja makan kita dengan makanan yang lengkap. Bukankah itu menyakitkan bagi mereka? Tunggu, tunggu, tunggu. Darimana mereka melihat postingan kita? Kalau untuk beli makan saja tidak bisa mungkinkah mereka punya gadget? Mungkinkah punya kuota? Jadi apa hubungannya dong?

Yang kedua, jika semua orang yang melihat dan membaca gambar tersebut secara serentak menuruti pesan yang tertulis, mereka berhenti posting makanan berbuka dan sahur. Manfaatnya apa? Apakah dengan begitu orang-orang yang lapar bisa menjadi kenyang? Apakah dengan kegiatan berhenti posting foto mereka yang lapar tiba-tiba dapat makanan?

Pesan bagus tetapi tidak solutif blass. Dari gambar itu sebagian dari kita mungkin bisa tergugah dan sadar bahwa kita musti bersyukur karena masih banyak orang yang tidak bisa seberuntung kita. Jadi tak pantas kita ngangluh kalau sehari-hari Cuma bisa makan tempe mendoan, jauh lebih baik daripada mereka yang mau makan nasi dan garam saja usahanya luar biasa. Hanya pesannya kok gak solutif banget. Lebih baik diganti dengan “Ramadhan bulan baik, agar ibadah lebih optimal mari kita bantu sisihkan rejeki kita untuk memberi kepada saudara-saudara yang membutuhkan”