Tiga hari yang lalu saya sowan ke rumah emak kesayangan, setelah sekian lama tidak berkunjung kesana. Malam hari dapat kabar kalau emak sedang masak besar untuk dibagi-bagi ke orang yang membutuhkan disekitar rumahnya. Tak perlu pikir panjang to yo, kalau tentang makanan, bocah kos seperti saya tak pernah pikir panjang. Hehe, sori mak kalau anakmu berbaktinya pamrih sekali.

Walaupun bukan ibu kandung, tapi beliau sudah ngrumat saya layaknya anak sendiri. Di rumah, ia tinggal dengan putera ke-empatnya, Icha. Anaknya lima tetapi dia seorang yang masih di rumah. Tiga orang kakaknya sudah berkeluarga dan merantau ke luar kota, sedang si bungsu masih kuliah, pun diluar kota.

Sebagai sesama anak ibu dengan usia yang sama dan setatus yang sama, jomblo, kita sering berbagi curhatan. Terutama tentang pasangan. Usia kami sama, selisih beberapa bulan saja, dia lebih muda.

Nah pada suatu pagi yang apes itu saya ngopi bareng dengan Icha. Tanpa harus ada komando obrolan seputar pasangan pasti menjadi tema. Icha adalah gadis patah hati yang beberapa minggu yang lalu habis ditinggal tanpa pamit blas oleh pacar barunya. Pacaran belum berapa lama melalui proses pendekatan yang singkat pula akhirnya kandas. Saya sangat bahagia atas tragedi itu, karena ketika salah satu dari kami sudah tidak jomblo lagi maka habislah si jomblo jadi bahan ledekan. Begitupun nasibku, beberapa waktu yang lalu ketika dia masih anget-angetnya dengan pacar baru. Selalu saja dipamerke kemesraanya. Maka ketika dia ditinggal begitu saja oleh pacarnya aku begitu bungah sambil klisikan di telinganya, “modyarr”.

Ternyata tak perlu waktu lama dia menjomblo. Walaupun sekarang masih jomblo, nampaknya progresnya cepet. Bocah gampang olih gebetan. Pagi itu dia pamer chat dengan lanangan. Dia tontonkan kepadaku dan saya mung nyimak pura-pura paham sak jane tidak. Lha wong chat nya bahasa inggris. Sok tenan. Yang saya lihat dari kumpulan chat-chat itu hanya emot-emotnya saja. Gambar emot meringis dengan cinta-cinta disampingnya cukup membuat saya berkesimpulan bahwa chatingan itu adalah percakapan dua orang yang sedang kasmaran. Duh, asem tenan.

Beda dengan Icha yang begitu gampang dapat gebetan. Saya kebalikannya. Berkali-kali mencoba mendekati gadis tapi gagal-gagal melulu. Sempat nyaris menikah-pun akhirnya kandas di tengah jalan. Kemarin sempat ada seorang gadis sepertinya menaruh harap kepadaku. Tetapi saya potong ditengah jalan karena pada waktu itu saya sedang ngincer gadis lain. Karena saya adalah laki-laki yang setia dan bertanggung jawab, plus tidak suka menduakan wanita akhirnya saya katakan kepadanya “mba, jangan dulu mengharapkanku, karena saya sudah punya pandangan yang mau tak tembung dan jak nikah”. Begitulah sepertinya bahasaku dalam menolak gadis itu. Walaupun saya meminta tolong teman untuk menyampaikan itu, haha.

Tak selang lama dari penolakan itu kemudian saya nembung gadis pertama yang dimaksudkan. Tak ajak dia mbojo tetapi ternyata jawabannya adalah “NO”, dia tidak mau dengan berbagai pertimbangan. Uaseem, kena batunya. Menyia-nyiakan yang pasti dan terlalu berharap kepada yang tidak pasti akhirnya tidak mendapat apa-apa. Apa ya mesti saya kudu ngomong kembali ke gadis yang telah ku tolak “mba, jebul saya tidak berjodoh dengannya, sekarang saya gelem kok” wahaha, sungguh memalukan.

Kisah itu saya ceritakan ke Icha setelah curhatannya dengan gebetan barunya selesai. Dia hanya tertawa puas sambil berkata.

“hahaha, modyarrr...!! Traaaan, Tran, koe lah polos-polos pekok lho”. End!