Malam Minggu, 4 Mei 2019 adalah malam yang sama dari malam-malam sebelumnya. Bahkan mungkin saya tidak tau kalau itu malam Minggu. Karena bujang tak pernah bisa membedakan malam satu dan malam lainnya.

Saya sedang ngutak-atik laptop latihan edit-edit video serta corat-coret blog malam itu ketika ada pesan masuk lewat Whatsapp. Isi pesannya cukup singkat “ngene..”.

Yang mengirim seorang gadis. Gadis macam apa malam-malam menggoda bujang beriman. Setelah dibaca, ouh, jebul Icha pelaku pengiriman pesan itu. My lil sister yang menyebalkan itu. Malas saya menanggapinya karena pasti dia hanya ingin dikancani ngopi sambil ndongeng tentang gebetan bulenya itu.

Tak selang lama setelah saya berbasa-basi menolak ajakan Icha untuk ngopi datang satu lagi pesan WA.

“Fit, posisi?”

Sabin yo? Tak jemput ya?”

Ada satu lagi orang yang mengajak ngopi. Dan dia adalah Ais, adik bungsu Icha. Wah ini bocah berdua tumben-tumbenan kompak?

“Icha dijak Is”.

Agar adil terhadap kedua adik itu saya menawarkan solusi untuk berangkat bersama.

“Ora usah, melas ibu”.

Penolakan singkat dan tegas. Entah harus ditafsirkan apa penolakan itu. Bisa diartikan perbuatan jahat kepada kakaknya karena tidak memberi kesempatan dolan bareng, bisa juga diartikan kasih sayang kepada orang tua karena tidak mau melihat ibunya sendirian di rumah.

Akhirnya saya putuskan menerima ajakan Ais. Pertimbangannya adalah karena dia jarang pulang. Jadi mumpung di rumah dan njaluk dikancani saya harus utamakan. Kepada Icha cukup dijawab “waktumu besok beb”, selesai.

Malam itu sedang merasa  sebagai kakak yang diperebutkan oleh adik-adiknya. Huaha. Bukti bahwa saya adalah seorang penyayang. Monggo bagi yang mau disayang bisa langsung kontak. Heheu.

Sabin.
Kopi Sabin adalah warung kopi yang cukup terkenal di sini. Pernah dulu saya ngopi di Sabin meskipun baru sekali. Maka ketika Ais mengajak ke Kopisabin, saya sudah ada bayangan di kepala dimana tempatnya dan bagaimana gambaran warungnya. Tak banyak tanya segera saya mbonceng Ais yang sudah menunggu.

Baru paling satu kilometer ngegas motor tiba-tiba Ais menggok ke jalan lain yang menurutku itu bukan arah ke Kopisabin. Sempet saya curiga dan agak khawatir jika ternyata saya dibawa Lampor. U know Lampor? Semacam makhluk halus yang biasanya nyamar menjadi orang lain yang dikenal korbannya, kemudian membawanya entah kemana. Gak tau itu hanya cerita takhayul atau nyata tapi semasa kecilku banyak orang tua yang ndongeng tentang Lampor.

Tapi kekhawatiran itu ternyata hanya prasangka orang yang lemah iman. Betul itu arah ke Kopisabin. Tetapi Kopisabin yang baru. Sudah berganti tempat dan sangat dekat dengan rumahku sebenarnya. Dan yang mengagetkan adalah saya sering sekali melihat foto rumah kopi itu. Sering di post di WA temanku dan ternyata dia adalah salah satu pemiliknya. Bangunan warung kopinya yang indah serta letaknya di pinggir kali dengan suasana yang masih sangat asri. Tak ayal malam itu benar-benar membludak pengunjungnya. Kami Cuma mesen dua gelas kopi serta gethuk dan kentang goreng harus nunggu dua jam.

picture : instagram @kopisabin

Saya meratapi diri malam itu, menyadari jebul saya kurang dolan. Ada tempat bagus yang fotonya sudah sering tak lihat malah blas baru tau. Jaraknya juga tak jauh. Zzzz...