Hampir genap empat bulan sudah saya bergulat dengan pekerjaan baru. Pekerjaan yang berbeda dari yang pernah dijalani sebelumnya karena disini saya baru merasa bahwa ternyata sekolah itu ada gunanya juga. Karena disinilah saya bekerja sesuai dengan jurusan sewaktu kuliah. Walaupun sebenarnya kuliahku dulu hanya mengejar Sarjananya saja ditengah segala keterbatasan untuk benar-benar kuliah pada bidang ilmu yang disukai. Tetapi tidak masalah, percaya pada semboyan jika kau tak bisa melakukan apa yang kamu sukai maka sukailah apa yang kamu lakukan. Dan disini justru saya baru mulai menyukai dunia Akuntansi, setelah bekerja, dulu waktu kuliah tak begitu peduli dengan ilmunya yang penting cepat lulus dan dapat predikat sarjana. Heheu,,

Pekerjaan baru menambah banyak hal baru, sebagaimana motivasiku pindah tempat pekerjaan yang pernah saya tulis disini. Mulai dari pengalaman kerja yang baru, seperti telah saya tulis pada prolog diatas. Selesai kuliah saya memang sering merasa "ilmune rak kanggo nggawe" karena ternyata ijazah hanya digunakan saat melamar pekerjaan, dan ternyata instansi pemberi pekerjaan hanya memberi hak kami dengan standar gaji lulusan SMA. Pekerjaan pun tidak sesuai background pendidikan. Tapi bagaimana lagi daripada nganggur begitu, dapur ora ngebul.

Sekarang ndilalah sudah terasa manfaatnya bersekolah, karena pekerjaan sudah sesuai dengan background pendidikan. Disinilah justru terasa belajarnya. Dulu masuk kuliah, mendengarkan, mengerjakan ujian, dan ketika nilai sudah keluar tuntaslah sudah rasanya. Paham atau tidak dengan materi tidak jadi prioritas, yang penting nilai keluar, jika jelek ambil remidi, namun jika sedang tak mau repot maka tinggal berpuas diri dengan nilai pas-pasan. Justru ketika memasuki dunia kerja baru saya sadar bahwa paham itu penting, dan pada saat sadar itulah saya kembali belajar. Sempat saya diledek oleh seorang auditor senior, mbah Sarno saya memanggilnya karena usia beliau memang sudah sepuh.

"mas ndisik pas kuliah kamu diuji tapi bisa nggarap asal-asalan, tetapi sekarang tidak ada yang mengujimu tapi kamu tak bisa mengerjakan sesukamu, harus bener" kata beliau.

Saya hanya cangar-cengir sambil njawab "leres niku mbah"

Alangkah indahnya jika adek-adek yang masih kuliah punya semangat seolah-olah dia sedang bekerja, diuji ataupun tidak harus paham dan benar.

Biro Jodoh non Formal
Sepertinya agak wajar bagi para jomblo jika memasuki lingkungan baru, mendapat banyak teman baru, tentunya ada misi lain selain bekerja. Sawang sinawang lawan jenis untuk diincer sebagai pasangan hidup. Sebagai bujang garis lurus sayapun demikian, haha. Barangkali saja ada yang cocok mbok bisa dijadikan menantu bagi orang tua. 

Tak hanya dari pribadi si jomblo, wong Jawa terkenal dengan kepeduliannya terhadap sesama, maka selalu saja ada orang-orang tua yang peduli dengan nasib jomblo-jomblo seperti saya ini. Mereka semacam punya list dan kemudian nggathuk-nggathuk aken (mencocok-cocokkan) dengan saya, mungkin juga dengan jomblo-jomblo lain. Seolah dalam lingkungan baru ini ada biro jodoh kasat mata. Ya tidak masalah, siapa tau membantu, heheu.

Sampai hari ini saya menikmati itu, dan semoga semuanya segera berakhir, dengan akhiran yang baik, khusnul khotimah. :D