Pada tanggal 10 April yang lalu ada tragedi yang cukup menjengkelkan. Sekira
jam 5 sore ketika sedang santai udud di
pos satpam terdengar bunyi mak pyarrr.
Ternyata sumber suara itu berasal dari ponselku yang mak tebluk jatuh kelantai dengan posisi tengkurap. Oke tak masalah
karena ini bukan tragedi pertama kali. Goresan-goresan retakan pada layar yang
sudah pating mblalur menjadi saksi
betapa seringnya ponsel itu terbanting. Jadi tak masalah.
Semua berjalan baik. Ponsel itu masih bisa terpakai. Normal sepertinya,
jadi tak perlulah bersedih. Lanjutkan aktifitas secara normal.
Pas kebetulan malam harinya ada gelaran Arisan Keroncong dan saya ikut
berpartisipasi di dalamnya. Bagi yang ingin menonton dokumentasinya bisa klik
disini. Kerinduan bermain keroncong bisa terobati karena pada malam itu
berkumpul banyak pelaku-pelaku keroncong, baik penabuh, penyanyi, penikmat,
penyedia kopi, dan penonton. Saya yang sudah lama tidak menabuh akhirnya bisa
melepas rindu memetik senar cuk, memukulnya mengikuti dan melengkapi irama alat
musik lainnya. Malam menjadi syahdu, walaupun gobyos keringat tetapi terasa sangat nikmat. Barangkali kangen ini
tidak Cuma dirasakanku seorang, kawan-kawan yang lain juga merasakan hal yang
sama. Hingga tak terasa waktu sampai pukul 1 dinihari kami baru menyudahinya.
Arisan berakhir dengan bungah,
semoga lain waktu event ini bisa kembali terlaksana sebagai upaya wong-wong cilik seperti kami menikmati
budaya. Menikmati saja dululah, kalau ngomong melestarikan kok yo duwur sekali.
Larut sudah malam itu dan waktunya ngaso.
Kebetulan malam ini saya menginap di rumah Sunu. Tak jauh lokasinya dari tempat
kami bermain semalam, pun dengan tempat esok kami bekerja. Jadi lumayanlah bisa
simpan tenaga daripada harus pulang jauh-jauh kerumah nge-gas motor setengah
jam.
Kebetulan Sunu adalah maniak game Mobile Legend dan kami sering bermain
disana. Alhasil sebelum tidur dia sempatkan untuk mengajak bermain dulu. Mentang-mentang
ia esok dinas siang. Oke se-kesel
apapun saya tergoda juga. Kuambil ponsel yang baru jatuh tadi dan mulailah
bermain. Disitulah baru konangan
bahwa jatuhnya ponselku sore tadi ternyata ada efek sampingnya. Selain luka
luar yang terlihat ada pula luka dalam yang membekas. Yaitu layar sentuh bagian
atas yang sudah tidak respon lagi. Mau disentuh, dielus, ditabok atau diantem
sekalipun tak bergerak sama sekali. Sedangkan untuk bermain game layar harus landscape dan pada sisi pojoknya
berfungsi untuk joystik. Nah pada
bagian itulah luka pada ponselku berada sehingga tak bisalah sudah untuk
bermain game. Mau tidak mau harus ku urungkan kegiatan nge-game.
Sampai hari ini ponsel belum juga diperbaiki. Karena memang sebenarnya
rusaknya hanya sedikit. Tidak suport touchscreen
bagian atasna saja. Hanya sedikit sehingga untuk fungsi lain-lain masih normal,
untuk bermain game saja yang tidak bisa.
Ada sisi positif dan negatif dari kerusakan ponsel itu. Sisi negatif
pertama tentu ponsel menjadi agak ribet. Jika perlu menekan menu di bagian atas
tidak bisa. Atau harus diakali dengan memiringkan hp dulu. Kedua, saya jadi
pensiun main game. Tidak bisa lagi mengisi waktu dengan nge-game seperti yang
sudah jadi kebiasaan dulu. Sisi positifnya lebih banyak waktu yang bisa
digunakan dengan kegiatan-kegiatan positif. Walaupun nge-game itu asyik tapi
tidak dipungkiri itu menyita banyak sekali waktu. Sebagai orang dengan
manajemen waktu yang buruk saya sebenarnya tidak diuntungkan jika kecanduan
game, maka rusaknya ponsel ini sebenarnya merupakan berkah tersendiri.
Saya sudah menghubungi teman yang bekerja servis hape. Sudah pula ku pesan touchscreen baru. Tapi dilema ini muncul
apakah harus kubenarkan hape ini atau tidak. Jika tidak dibenarkan ya apapun
kondisimu sekarang wahai hape, saya harus menikmati itu. Dan positifnya
barangkali saya akan pensiun dolanan game. Jika dibetulkan, maka kemungkinan
saya kembali terjerumus menjadi pecandu game, juga harus keluar dana juga untuk
biaya servis. Maka pilihan mana yang mestinya ku ambil?
0 Komentar