Saya hidup di lingkungan keluarga Muhammadiyah. Karenanya agak tidak asing jika mendengar nama pak AR Fahrudin. Nama itu identik dengan kesederhanaan, wibawa, dan humor. Beliau orang besar bergaya hidup sederhana. Mudah baginya mempunyai jabatan kelas nasional tapi sulit bagi siapapun untuk menawarinya jabatan. Siapa tak kenal pak Harto? semua makhluk se-Indonesia tak mungkin tak paham dengan Mantan Presiden terlama tersebut. Beliau berkali-kali menawarkan jabatan menteri Agama kepada pak AR tetapi ditolaknya, alasannya enteng "saya cukup ngurusi Muhammadiyah saja pak Harto, terimakasih"

Kebiasaannya mengisi ceramah di pelosok-pelosok. Suatu ketika beliau ditawari mobil baru dari perusahaan ternama, namun enteng pula dia menolaknya."Piye tokh, nyopir mobil saja ra iso (Bagaimana ya, nyopir mobil saja gak bisa). Parkirnya sulit. Repot kalau bawa mobil. Apalagi kalau harus masuk ke kampung-kampung di pinggir Kali Code untuk ceramah. Jalannya sempit gak bisa untuk mobil," kata Pak AR.
Alhasil dia setia dengan Yamaha bututnya ketika memberi ceramah kemana-mana. Motor yang sudah tua dan berkali-kali mogok tak mau nyala.

Pak AR tidak memiliki rumah. Hunian yang ia tempati adalah milik Muhammadiyah yang kini menjadi kantor PP Muhammadiyah. Ia berjualan bensin eceran untuk biaya kuliah anak-anaknya. Susah dipercaya, beliau punya segala kesempatan untuk mendapatkan kemudahan di dalam hidup, tetapi lebih memilih hidup dengan kesederhanaannya sendiri. Semua itu membuat beliau tidak mendapatkan banyak pada masa hidupnya, tetapi beliau memberikan tauladan dan pelajaran yang amat bermakna setelah ia wafat. Semoga menjadi jariyah untukmu pak.

Kini susah ditemui sosok seperti itu. Orang sekarang tidak mudah mencari jabatan sehingga menggunakan segala cara agar jabatan didapat. Dulu beliau ingin hidup sederhana ditengah kesempatan untuk hidup istimewa, sekarang orang yang sederhana berlomba-lomba ingin hidup istimewa. Orang yang sudah bisa hidup istimewa lupa dengan saudara-saudaranya yang hidupnya masih sengsara. Semua berlomba agar perut dan nafsunya terpenuhi.

Bulan Ramadhan segera tiba, seharusnya bulan itu menjadi bulan pembelajaran agar lahir manusia-manusia yang mampu mengendalikan hawa nafsunya  sebagaimana pak AR. Namun beberapa kali Ramadhan telah berlalu sepertinya sama, sampai kini sulit sekali ditemui sosok-sosok seperti beliau. 

Menurut Cak Nun dalam bukunya Anggukan Ritmis Kaki Kiai tentang puasa, banyak orang yang salah menghayati tentang puasa. Sebagian besar orang menganggap puasa adalah menahan lapar dari batas waktu yang telah ditentukan, mulai dari fajar hingga terbenam matahari. Sehingga ketika masuk berbuka puasa boleh makan sepuasnya karena merasa telah berhasil. Ketika idul fitri tiba merasa misi telah selesai sehingga tersedialah makanan berlimpah yang sangat nikmat yang tidak ditemukan di hari-hari biasa. 

Padahal yang seharusnya ditahan bukanlah laparnya, bukan tidak boleh makannya, tetapi nafsu makan. Beda antara menahan lapar dan nafsu makan. Jika menahan lapar ya yang penting tidak makan. Jika menahan nafsu makan, yang dikendalikan adalah nafsunya, sehingga berhasilnya bisa dinilai dari kemampuannya menahan diri dari apa yang seharusnya boleh ia makan tetapi ditahan karena kemanfaatannya untuk dirinya dan sekitarnya. Kita mungkin bisa memakan daging, tetapi kita menahan diri untuk makan daging jika ia tidak bermanfaat untuk tubuh. Kita akan menahan diri dari makan daging jika disekitar kita ada orang yang kesulitan untuk makan, sehingga uang yang seharusnya kita belikan daging kita hanya beli tempe dan sisanya dibelikan yang lain untuk saudara kita yang susah makan. Kita bisa membeli mobil bagus tetapi kita menahan diri dan cukup menggunakan mobil biasa saja atau bahkan hanya membeli motor atau sepeda karena barangkali mobil bagus itu tidak mendatangkan manfaat atau ada manfaat yang lebih besar bisa dihasilkan dengan tidak membeli mobil bagus.

Semoga Ramadhan esok yang akan datang bisa kita maknai lebih dalam dengan makna yang tersirat. Bukan hanya bagaimana menahan lapar, tetapi menahan nafsu dari hal-hal yang sebenarnya bisa kita lakukan tetapi kita memilih untuk tidak melakukan jika ada kemanfaatan yang lebih besar yang bisa diperoleh. Dengan begitu semoga lahir manusia-manusia sejati sebagaimana dicontohkan pak AR Fahrudin. Sehingga cerita tentang AR Fahrudin dan hadirnya bulan suci Ramadhan bukanlah dongeng belaka. #ngmtknawkdwk

Bna, 26 April 2019, 09.16 pm

*Tulisan dengan tagar #ngmtknawkdwk (ngemutaken awake dewek) dibuat bukan untuk menggurui, tetapi memperingatkan diri sendiri, karena seorang jomblo belum punya partner untuk saling mengingatkan. heheu..